Kamis, 17 Agustus 2017

INDONESIAKU MERDEKA, KATANYA...?




Uforia HUT ke 72 kemerdekaan Indonesaia pastinya masih berbau harum dalam benak kita, tidak dapat dipungkiri hari ini tidak ada hati yang tidak senang, tidak ada bibir yang tidak tersenyum dan tidak ada air mata yang menetes haru tanpa makna rasa syukur yang begitu mendalam di dalam jiwa masyarakat Indonesia. Kecuali mereka-mereka yang di dalam hatinya tidak pernah ada nama Indonesia atau bahkan sketsa sang saka merah putih dalam jiwanya telah luntur dan tidak berbekas sedikitpun. Bukankah sangat aneh jika ia mengaku sebagai masyarakat Indonesia ? namun jiwa nasionalismenya telah tergadaikan dengan sesuatu yang mereka anggap lebih bisa dinikmati, ketimbang menikmati KEMERDEKAAN bangsanya sendiri.

Kita membutuhkan waktu 350 Tahun untuk mengibarkan sang saka merah putih sebagai simbol bahwa bangsa kita bebas dari penjajahan, dan tepatnya 72 tahun lalu pertama kali sang merah putih menampakkan senyumnya diangkasa menjemput udara segar dan hangatnya terik matahari yang selama ini terkunci rapat dalam lemari penjajahan. Masih sangat nampak jelas betapa sakralnya peristiwa itu, hingga membuat setiap orang terbakar api semangatnya untuk MERDEKA. Pada hari itu nampak sekali bangsaku benar-benar Merdeka, meskipun musuh masih sangat menghantui, namun pilar-pilar keberanian untuk melawan penjajahan telah menjalar keseluruh lapisan masyarakat Indonesia, Hingga nampkanya tak satupun orang penakut bisa ditemukan pada saat itu.

Hari ini, KEMERDEKAAN itu tak ubahnya sebuah simbol peringatan belaka. Kemerdekaan nampak sekali sebagai pesta tahunan pelipur lara janji-janji palsu dan bualan politik yang disinergikan. Makna kemerdekaan telah benar-benar melenceng 180 derajat dari hakikatnya dalam memerdekakan rakyat Indonesia. Secara sederhana memang betul belanda dan jepang telah lama meninggalkan Indonesia, namun coba tengoklah pada kondisi bangsa kita yang semakin hari semakin runyam dan menghawatirkan hanya karena bola-bola saju dengan bumbu politik yang sedikit pedas dengan penuh rayuan dan tipuan.

Apakah merdeka, jika hukum masih berpihak pada yang kaya dan menghujam pada rakyat jelata? Apakah merdeka, jika hak mendapatkan pendidikan masih sangat mencekik anak-anak bangsa yang berasal dari keluarga kurang mampu ? Apakah merdeka, jika orang asli Indonesia sendiri kesulitan mencari lapangan pekerjaan di negaranya sendiri namun justru orang-orang asing begitu mudah bekerja dinegara kita ? Apakah merdeka, jika subsidi untuk rakyat jelata dicabut sedangkan fasilitas untuk para wakil rakyat ditingkatkan padahal tidak memiliki pengaruh positif terhadap kinerjanya dan justru menjadi sarang korupsi yang sangat subur ?

Merdeka mana yang kau katakan wahai sahabatku ? Merdeka untuk siapa ? untuk mereka-mereka yang hanya menjadi penakut untuk sebuah kejujuran ? atau untuk mereka-mereka yang menikam rakyatnya sendiri ? merdeka untuk yang berdasi dan mati untuk yang memberikan subsidi ?

Bangunlah wahai sahabatku, jangan terhipnotis oleh buaian kemerdekaan yang justru menjajahmu sendiri. Sudah saatnya kita berkarya dan mengisi kemerdekaan ini untuk menjunjung tinggi martabat bangsa kita di mata dunia, tidak perlu untuk menjadi orang lain cukup menjadi diri kita sendiri dan berkarya sesuai dengan kemampuan kita sendiri. Cukup jadikan dirimu dengan tidak menyalahai aturan Agamamu, aturan bangsamu dan norma-norma yang berlaku disekitarmu dan berinovasilah karena pada hakikatnya kemerdekaan adalah kebebasan. Karena hanya dengan hal tersebut siapapun diri kita hari ini, dikenal atau tidak dikenal sekalipun kita telah malaksanakan kewajiban kita untuk menjaga dan mengisi KMERDEKAAN NKRI yang telah Tuhan anugerahkan kepada kita. Hingga kita bisa menikmati airnya yang jernih sumber daya alamnya yang melimpah dan ketenangan dalam menjalankan aktifitas ibadah sesuai dengan kepercayaan kita masing-masing.
Salam NKRI,...

DIRGAHAYU INDONESIAKU KE 72